Luka Bakar Pada Anak

 Luka Bakar Pada Anak

Luka Bakar Pada Anak Tata laksana cedera bakar pada anak terdiri dari pertolongan awal, penatalaksanaan kegawatdaruratan, sistem referensi, perawatan cedera, serta tata laksana perih. Penindakan kegawatdaruratan cedera bakar ialah topik yang lumayan luas serta mendalam. Australia and New Zealand Burn Association( ANZBA) mengadakan pelatihan bernama Emergency Management of Severe Burns( EMSB) secara spesial buat mangulas serta mensimulasikan topik ini kepada praktisi kedokteran di bermacam negeri. Dalam sebagian tahun terakhir, kursus ini sudah teratur diadakan di Indonesia sehingga pelatihan tersebut bisa diiringi dengan lebih gampang.

Pertolongan Pertama Luka Bakar Pada Anak

Luka Bakar Pada Anak  yang wajib dicoba pada kanak- kanak dengan cedera bakar merupakan lekas menghentikan proses terbentuknya luka cedera bakar. Pada penderita dengan api yang masih menyala pada baju ataupun badan, perihal yang wajib dicoba merupakan menyudahi berlari, menjatuhkan diri ke tanah/ lantai, berguling- guling, serta ditutupi badannya dengan selimut supaya api kilat padam. Pada penderita dengan cedera bakar listrik, sumber arus listrik wajib dimatikan. Penolong wajib membenarkan suasana nyaman untuk diri sendiri saat sebelum melaksanakan pertolongan kepada pasien

Luka Bakar Pada Anak  berikutnya merupakan membebaskan baju ataupun pernak- pernik yang dibakar ataupun terserang panas. Perihal ini wajib lekas dicoba sebab panas yang masih tersimpan pada baju serta pernak- pernik( misalnya pakaian yang terserang tumpahan air panas, gelang logam yang turut terserang api dikala peristiwa) bisa menimbulkan luka cedera bakar terus bersinambung.

Irigasi Air pada Cedera Bakar

Cedera berikutnya di irigasi memakai air sejuk serta bersih( dapat memakai air keran yang bersih) sepanjang 20 menit. Tata cara pendinginan ini efisien buat kurangi akibat kehancuran jaringan akibat cedera bakar apabila dicoba dalam 3 jam awal semenjak peristiwa. Resiko yang butuh diwaspadai dalam proses pendinginan ini merupakan hipotermia. Bagian badan yang tidak didinginkan dengan air mengalir hendaknya ditutup dengan selimut. Ruangan wajib dilindungi dalam temperatur yang hangat serta tidak berangin. Sehabis proses pendinginan berakhir, kulit dikeringkan serta ditutup dengan selimut ataupun kain bersih.

Tata cara yang tidak diajarkan buat proses pendinginan pada pertolongan awal cedera bakar merupakan dengan memakai es ataupun air es. Tata cara ini tingkatkan resiko terbentuknya hipotermia serta tingkatkan derajat iskemik pada kulit akibat vasokonstriksi. Mengompres cedera bakar dengan kain basah pula bisa tingkatkan resiko terbentuknya hipotermia, di samping proses pendinginan cedera yang tidak sangat efisien. Pertolongan awal cedera bakar dengan memakai bahan- bahan lain yang bisa ditemui di rumah, semacam mentega, odol, kecap, ataupun bahan yang lain tidak mempunyai landasan ilmiah. Tata cara ini tidak diajarkan sebab berisiko menimbulkan iritasi, alergi, ataupun apalagi cedera bakar kimia.

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

Penindakan kegawatdaruratan cedera bakar ialah topik yang lumayan luas serta mendalam. Dikala ini ada banyak guideline yang berbeda di segala dunia. Australia and New Zealand Burn Association( ANZBA) membuat suatu guideline bernama Emergency Management of Severe Burns( EMSB) yang sudah diaplikasikan di bermacam negeri. Dalam sebagian tahun terakhir, kursus ini sudah teratur diadakan di Indonesia dengan tujuan buat tingkatkan keseragaman prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera bakar. Penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera bakar anak yang dipaparkan dalam postingan ini mengacu pada guideline EMSB.

Penderita dengan cedera bakar wajib diperlakukan bagaikan penderita trauma dalam penatalaksanaannya di unit gawat darurat. Oleh sebab itu, skema evaluasi dini yang wajib dicoba seragam dengan penderita trauma lain, ialah evaluasi serta penindakan permasalahan airway, breathing, circulation, disability, serta exposure.

Penindakan Jalur Nafas serta Pernapasan

Secara garis besar, permasalahan yang kerap ditemukan pada cedera bakar fase kronis serta berpotensi mengecam nyawa merupakan kendala airway serta perputaran. Pada penderita kanak- kanak, trauma inhalasi serta edema jaringan di dekat jalur nafas bisa menimbulkan obstruksi airway. Penderita dengan obstruksi ataupun ancaman obstruksi jalur nafas, wajib diintubasi buat mempertahankan patensi jalur nafas. Intubasi hendaknya dicoba oleh tenaga kedokteran yang pakar serta berpengalaman sebab tingkatan kesulitannya lumayan besar akibat keadaan anatomis serta terdapatnya edema pada saluran nafas.

Penderita cedera bakar pada anak diiringi inhalasi karbon monoksida bisa mempunyai indikasi risau, sakit kepala, mual, koordinasi kurang baik, pemburukan memori, disorientasi, apalagi koma. Keadaan ini memerlukan suplementasi oksigen memakai non- rebreathing mask dengan flow oksigen 15 liter per menit. Seandainya ada eskar melingkar pada rongga dada ataupun abdomen kanak- kanak yang menyebabkan restriksi pernapasan, hingga butuh dicoba aksi eskarotomi buat melenyapkan hambatan perluasan rongga dada serta rongga abdomen.[6]

Penindakan Perputaran serta Cairan Resusitasi

Permasalahan perputaran yang bisa ditemukan pada penderita cedera bakar merupakan syok akibat kebocoran kapiler darah yang bertabiat sistemik. Buat mengestimasi kendala perputaran ini butuh dicoba resusitasi cairan apabila luas cedera bakar melebihi 10% total body surface zona( TBSA) pada kanak- kanak. Kebutuhan cairan resusitasi dalam 24 jam awal dihitung dengan memakai rumus modified Parkland, ialah 3 cc x BB( dalam kilogram) x% TBSA.

Total cairan yang didapatkan lewat perhitungan ini, setengahnya diberikan dalam 8 jam awal semenjak peristiwa. Separuh sisa cairan resusitasi tersebut diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Kecepatan serta jumlah cairan yang diberikan pada kesimpulannya wajib disesuaikan dengan reaksi badan penderita terhadap cairan resusitasi. Kedua variabel tersebut disesuaikan dengan penciptaan kemih penderita tiap jam buat menjauhi over ataupun under resuscitation. Penderita anak pula membutuhkan pemberian cairan rumatan intravena yang diberikan bertepatan dengan cairan resusitasi. Buat melaksanakan perhitungan cairan resusitasi, hingga tenaga kedokteran wajib sanggup memperhitungkan kedalaman serta menghitung luas cedera bakar.

Kriteria Rujukan

Sehabis penatalaksanaan kegawatdaruratan berakhir dicoba, dokter butuh memastikan apakah penderita cedera bakar anak yang ditangani butuh dirujuk ke pusat perawatan cedera bakar( burn center). Kriteria buat merujuk ke burn center pada penderita anak dengan cedera bakar bagi ANZBA merupakan bagaikan berikut:

Seluruh cedera bakar pada anak umur< 1 tahun

Penderita anak umur 1- 2 tahun, dengan cedera bakar TBSA
5%

Penderita anak umur
2 tahun dengan cedera bakar partial- thickness, serta TBSA
10%

Seluruh penderita cedera bakar derajat 3, dengan dimensi berapa pun

Cedera bakar pada zona spesial: wajah, tangan, sendi besar, perineum, genital, dan cedera bakar pada jalur nafas( trauma inhalasi)

Cedera bakar listrik, kimia, ataupun cedera bakar bukan musibah( child abuse, kejahatan)

Persiapan Rujukan

Persiapan referensi diawali dengan re- evaluasi primary serta secondary survey buat membenarkan kalau seluruh kegawatdaruratan sudah betul- betul teratasi. Langkah selanjutnya merupakan melaksanakan komunikasi antara pusat kesehatan yang merujuk dengan pusat kesehatan yang dituju. Perihal yang butuh dikomunikasikan merupakan bukti diri penderita, penaksiran dan keadaan dikala ini, permasalahan pada penderita, serta tatalaksana yang sudah dicoba terhadap penderita. Perihal lain yang butuh didiskusikan merupakan tata cara transfer( jalan serta sarana transportasi) dan tenaga kedokteran yang mendampingi penderita. Dokumentasi penderita butuh dilengkapi dalam proses merujuk. Informasi dokumentasi ini meliputi keadaan kedokteran penderita dan penatalaksanaan yang sudah diberikan pada periode saat sebelum penderita dirujuk sampai sepanjang penderita dalam ekspedisi. Informasi ini hendak mempermudah petugas kedokteran di sarana referensi buat mengevaluasi serta merancang penatalaksanaan lanjutan.

Perawatan Luka

Sasaran yang wajib dicapai dalam perawatan cedera bakar merupakan membuang jaringan mati, mengendalikan eksudat, memfasilitasi proses pengobatan cedera, menghindari peradangan, serta meminimalkan perih dan trauma psikologis pada penderita dikala penggantian balutan. Modalitas utama perawatan cedera bakar sangat tergantung pada kedalaman cedera bakar.[12]

Debridement serta Skin Graft

cedera bakar full thickness serta deep dermal ditatalaksana dengan surgical debridement buat membuang jaringan mati, serta skin graft( tandur kulit) buat menutup cedera. Dikala ini, aksi operasi yang dicoba lekas, kurang dari 3 hari, semenjak peristiwa cedera bakar sudah jadi standar tatalaksana cedera bakar full thickness di segala dunia. Metode ini teruji bisa merendahkan angka mortalitas, sepsis, serta lama perawatan di rumah sakit.

Perawatan dengan Balutan

Perawatan konservatif memakai balutan digunakan buat cedera bakar yang lebih dangkal. Balutan yang sempurna merupakan balutan yang bisa mempertahankan kelembaban cedera, meresap eksudat yang berlebih, menghindari peradangan, tidak perih ataupun menimbulkan kehancuran jaringan dikala penggantian balutan, tidak butuh kerap ditukar, gampang buat diaplikasikan, serta murah. Dikala ini ada bermacam produk perawatan cedera yang bisa digunakan buat menjaga cedera bakar. Tidak terdapat produk perawatan cedera yang bisa penuhi segala sasaran perawatan cedera bakar pada seluruh tipe cedera serta penderita. Oleh sebab itu, pemilihan modalitas balutan wajib didasarkan pada evaluasi cedera serta keadaan penderita.

Kasa Lilin:

Modalitas yang sangat banyak digunakan buat membalut cedera bakar merupakan dengan memakai kasa lilin dengan ataupun tanpa antimikroba. Kasa lilin ini digunakan bagaikan balutan awal yang melekat langsung pada cedera. Kasa steril bisa ditambahkan di atas kasa lilin buat berfungsi bagaikan penyerap eksudat serta pelindung cedera. Tipe balutan ini ialah opsi yang sangat murah serta gampang didapatkan.[15]

Kelemahan utama balutan ini merupakan meski sudah dilapisi lilin, kasa masih kerap menempel pada permukaan cedera pada dikala penggantian balutan. Kala balutan dinaikan, epitel muda bisa turut terangkat sehingga menimbulkan perdarahan serta perih pada penderita. Walaupun demikian, modalitas balutan ini acapkali jadi salah satunya opsi perawatan yang ada. Perihal yang bisa dicoba buat kurangi permasalahan ini merupakan dengan menebalkan balutan kasa buat meresap lebih banyak eksudat, sehingga frekuensi penggantian balutan bisa dikurangi. Tidak hanya itu, kassa bisa dibasahi dengan cairan NaCl fisiologis dikala penggantian balutan supaya tidak sangat lengket dengan permukaan cedera.

Silicone Dressing:

Sediaan perawatan cedera berlapiskan silikon mempunyai keunggulan sebab tidak menempel pada permukaan cedera dikala penggantian balutan sehingga cuma memunculkan perih yang minimun. Sediaan ini bisa dikombinasikan dengan kasa steril biasa ataupun foam dressing buat memperoleh dampak adsorben eksudat.

Hydrocolloid:

Modalitas perawatan cedera ini mempunyai keunggulan dalam perihal frekuensi penggantian yang tidak butuh sangat kerap sepanjang tidak ditemui terdapatnya rembesan ataupun isyarat peradangan. Balutan pula relatif tidak sangat menempel pada permukaan cedera. Balutan ini bisa dikombinasikan dengan agen antimikroba yang lain.

Hydrogel:

Hydrogel digunakan buat menghasilkan dampak lembab pada cedera sehingga bisa tingkatkan kecepatan pengobatan cedera. Modalitas ini tidak sesuai digunakan pada cedera yang eksudatif sebab tidak mempunyai keahlian absorpsi eksudat, hingga penggunaannya pada cedera eksudatif butuh dikombinasikan dengan modalitas lain.

Polyurethane film:

Sediaan film dressing sangat efisien buat melindungi cedera dari area luar. Sediaan ini tidak menempel pada permukaan cedera serta bisa menghasilkan atmosfer lembab pada cedera. Kelemahannya merupakan bahan ini tidak mempunyai guna absorpsi. Proses pengaplikasian balutan pada cedera lebih susah dibanding modalitas lain.

Biosynthetic dressing:

Biosynthetic dressing merupakan material yang diciptakan menyamai kulit buat mengambil alih guna epidermis ataupun dermis. Material ini mempunyai keunggulan sebab bisa menyatu dengan permukaan cedera sehingga tidak butuh dicoba penggantian balutan sepanjang tidak ada permasalahan peradangan. Tetapi, modalitas ini umumnya mahal serta tidak gampang didapatkan. Pengaplikasiannya lumayan susah serta membutuhkan persiapan dasar cedera yang baik.

Obat Antimikroba Topikal

Obat antimikroba topikal yang sangat terkenal digunakan dalam permasalahan cedera bakar merupakan krim silver sulfadiazine. Antimikroba topikal ini dikira mempunyai keahlian penetrasi eskar sehingga sesuai buat digunakan pada permasalahan cedera bakar full thickness. Bergesernya paradigma penatalaksanaan cedera bakar full thickness yang mengutamakan aksi eksisi serta skin grafting dini, menimbulkan berkurangnya kedudukan obat ini pada permasalahan cedera bakar full thickness.

Sebaliknya penggunaannya pada partial thickness burns tidak didukung oleh hasil- hasil riset terkini. Silver sulfadiazine membatasi proses epitelisasi serta memerlukan penggantian balutan yang kerap sehingga tidak aman untuk penderita. Buat menjauhi permasalahan ini, silver yang digunakan dalam bermacam sediaan perawatan cedera modern terbuat dalam wujud nano- crystalline ataupun wujud terikat yang lain. Sediaan perawatan cedera modern ini bisa membebaskan ion silver secara lama- lama sehingga tidak memunculkan dampak toksisitas terhadap jaringan. Tidak hanya itu, sediaan- sediaan tersebut sudah terbuat dalam wujud hidrokoloid, hidrofiber, serta bahan yang lain sehingga mempunyai khasiat lain semacam meresap eksudat serta menghindari menempelnya balutan pada cedera.

Tata Laksana Nyeri

Penderita kanak- kanak wajib memperoleh penatalaksanaan perih yang adekuat sepanjang penggantian balutan. Apalagi, penderita kanak- kanak dengan cedera bakar yang lumayan luas butuh memperoleh sedasi sepanjang penggantian balutan. Penatalaksanaan perih serta ansietas yang adekuat berarti buat menghindarkan penderita anak dari trauma psikososial. Analgesik yang diberikan disesuaikan dengan tingkatan perih penderita. Analgesik ringan semacam paracetamol ataupun ibuprofen bisa diberikan buat perih ringan. Pada keadaan kronis ataupun perih hebat, penderita bisa diberi morfin bolus intravena diawali dengan dosis sangat rendah( 0, 05- 0, 1 miligram/ kilogram) kemudian dititrasi sampai menggapai dosis dengan dampak analgesik yang adekuat.
Luka Bakar Pada Anak Luka Bakar Pada Anak Reviewed by admin on August 10, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.